Pada zaman dahulu kala hiduplah malin kundang bersama keluarganya di pesisir pantai wilayah sumatera. suatu hari ayahnya berpamitan untuk melakukan pelayaran ke negeri seberang untuk berdagang. maklum saja kondisi ekonomi keluarganya sangat memprihatinkan hingga mengharuskan ayahnya untuk merantau mencari rezeki yang layak.

cerita malin kundang



"malin ayah pergi dulu ya, jaga ibumu" kata ayah malin.
"iya yah, ayah hati hati di laut dan di negeri seberang nanti. cepat pulang ya yah" sahut malin

Setelah kepergian ayahnya ke negeri seberang selama berbulan bulan, Malin dan Ibunya berharap ayahnya segera pulang dan membawa uang yang banyak untuk membeli kebutuhan keluarga dirumah. Tetapi apalah daya ternyata ayahnya tak kunjung pulang pupuslah harapan malin dan ibunya.

hari hari berlalu, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun, Malin Kundang kini sudah dewasa.
Malin kundang pun kini mempunyai keinginan yang sama seperti ayahnya. yaitu mencari penghidupan yang lebih layak.

"Ibu aku ingin mencari nafkah ke negeri seberang bu" kata malin kundang.

"Jangan nak nanti ibu sama siapa" kata ibunya.

"Sebentar saja kok bu saya akan ikut bersama seorang nahkoda kapal dagang dari desa kita juga yang sekarang sudah sukses bu" jawab malin.

"Baiklah nak jika itu keinginanmu, Ibu hanya bisa mendoakan semoga engkau sukses kelak" kata Ibu.

"Iya bu" Kata malin kundang.



Akhirnya Malin Kundang pergi berlayar, di kapal Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran dan perkapalan kepada teman-temannya yang lebih berpengalaman. Karena kepintaran dan ketekunannya akhirnya dia mahir dalam pelayaran dan perkapalan.


Berbulan bulan berlayar banyak pulau sudah ia kunjungi, tibalah suatu hari ditengah perjalanan, Kapal bajak laut menghampiri kapal yang dinaiki Malin Kundang. Semua barang dagangan dirampas secara paksa dan dibunuh. Pada saat itu malin tidak tertangkap karena ketika peristiwa itu terjadi malin bersembunyi di dalam kotak tertutup kayu.


Setelah kapal bajak itu pergi, Malin tinggal sendiri di kapal itu dengan sisa sisa makanan di kapal. Ia bertahan hidup dan terkatung-katung selama beberapa minggu. Akhirnya ia terdampat di suatu pulau yang subur. dengan sisa tenaganya ia menelusuri pulau itu dan ia mendapati sebuah desa yang makmur. Ia menceritakan segalanya apa yang menimpa dirinya di tengah laut pada masyarakat di situ. Akhirnya dia tinggal menetap di desa itu, dan bekerja keras. karena kegigihannya tak lama ia sudah sukses mempunyai beberapa kapal dagang dengan 100 anak buah kapal. dan ia pun mempersunting gadis bunga desa.


Setelah beberapa lama menikah Malin kundang beserta istrinya ingin berlayar ke pulau seberang. Ia berangkat dengan kapal yang megah dan mewah berasama dengan banyak anak buah kapal. Pulau yang dituju rupanya adalah pulau tempat ibu malin kundang tinggal. pada waktu itu ibunya sedang berada di pantai merenung dan menunggui kenapa suaminya dan malin kundang hilang tanpa kabar. tak lama kemudian datanglah kapal yang mewah dari kejauahan terlihat dua orang yang sedang berada di dek kapal. Ibu malin kundang seperti mengenali orang yang ada di kapal tersebut.

"Itu seperti Malin Kundang, Iya itu anakku, aku ga bakal lupa dengan dia" kata ibunya.

Malin kundang pun turun dari kapal, didepannya sudah ada Ibunya, semakin dekat ibunya semakin yakin kalau dia adalah anaknya yang sudah lama pergi. Pada tangannya pun terlihat luka yang mencari ciri dari malin kundang.
"Nak, kamu Malin Kundang kan?"tanya Ibunya.
"Siapa kamu?" tanya malin kundang.
"Aku Ibumu nak." jawab Ibunya
"Hah aku tidak punya Ibu seperti kamu" jawab malin

Malin tidak mengakui ibunya, kemudian istrinya bertanya "apakah itu benar ibumu suamiku?"

"Bukan ibuku sudah mati" kata malin

Mendengar jawaban malin, Ibu malin kundang langsung murka dan berdoa kepada sang kuasa "Ya Tuhan, jika memang ia adalah anakku yang durhaka kutuklah ia menjadi batu!"
setelah itu muncullah kilat dari langit dan suara gemuruh dan seketika Malin kundah berubah menjadi batu.