Halo adik adik kali ini 1000dongeng ingin menghadirkan dongeng cerita rakyat yang berjudul Lutung Kasarung. Cerita ini ialah versi lain yaitu versi pasir luhur yang mana kita tidak usah berdebat mana yang benar diantara versi versi tersebut yang jelas cerita dan legenda ini untuk menghibur dan dipetik pelajarannya.
Pada zaman dahulu kala hiduplah seorang raja yang bernama Prabu Siliwangi yang memerintah kerajaan "Pajajaran". Kerajaan Pajajaran merupakan kerajaan hindu yang besar dan cukup kuat yang berpusat di kota bogor jawa barat. Kala itu Raja Prabu Siliwangi sudah lanjut usia dan bermaksud mengangkat Putra Mahkotanya sebagai penggantinya.
Prabu Siliwangi mempunyai dua permaisuri. Dari permaisuri yang pertama ia mempunyai dua orang putra yaitu Banyak Cotro dan Banyak Ngampar. Namun Ibunya telah meninggal semenjak mereka masih kecil.
Kemudian Prabu Siliwangi menikah lagi dengan permaisuri yang kedua, yaitu Kumudaningsih. Dari permaisuri yang kedua ini ia mempunyai seorang putra dan seorang putri, yaitu Banyak blabur dan Dewi Pamungkas. Dalam pernikahan yang kedua ini prabu siliwangi mengadakan perjanjian bahwa jika kelak ia mempunyai putra laki laki maka putra dari permaisuri yang kedua inilah yang akan menggantikannya menjadi raja pajajaran.
Pada suatu hari banyak cotro dan banyak blabur dipanggil untuk menghadap prabu siliwangi. Prabu siliwangi berniat akan mengangkat putranya untuk menggantikannya sebagai raja pajajaran karena memang kondisi beliau yang sudah lanjut usia.
Namun banyak cotro sebagai anak sulungnya pun belum mau untuk menggantikan ayahnya sebagai raja. Banyak cotropun mengungkapkan berbagai alasan. Alasan yang paling utama karena dia belum mempunyai permasuri atau istri untuk mendampinginya sebagai seorang raja. Ia ingin mencari calon istri yang parasnya cantik mirip dengan ibunya.
Dia juga menyatakan niatnya untuk pergi dari kerajaan guna mencari istri yang ia idam idamkan. Akhirnya ia pun pergi juga dari kerajaan pajajaran untuk mencari pendamping hidupnya. Ia pergi melewati gunung Tangkuban Perahu, Tujuan awalnya ialah untuk menemui Ki Ajar Winarong, seorang Pendeta sakti yang tahu dimana ia harus pergi mendapatkan gadis yang ia idam idamkan.
Setelah bertemu dengan pendeta sakti tersebut ia kemudian di beri tahu kemana harus melangkah. Namun ada beberapa syarat yang wajib dipenuhi oleh Banyak Cotro, ia harus menaggalkan semua pakaian kebesaran dari kerajaan dengan memakai hanya pakaian rakyat biasa kemudian ia harus mengganti namanya dengan nama “Raden Kamandaka” sebagai penyamaran.
Pendeta tersebut menyebutkan Raden Kamandaka harus pegi ke wilayah kadipaten Pasir Luhur
Secara kebetulan Raden Kamandaka sampai Pasir Luhur, betemu dengan Patih Kadipaten Pasir Luhur yaitu Patih Reksonoto. Patih Reksonoto yang pada waktu itu tidak memiliki anak menawarkan kepada Raden Kamandaka untuk menjadi anak angkatnya. Raden Kamandaka menyambut tawarannya dengan senang hati. Begitu pula Patih Reksonoto sangat senang dengan keberadaan raden Kamandaka.
Pada suatu hari banyak cotro dan banyak blabur dipanggil untuk menghadap prabu siliwangi. Prabu siliwangi berniat akan mengangkat putranya untuk menggantikannya sebagai raja pajajaran karena memang kondisi beliau yang sudah lanjut usia.
Namun banyak cotro sebagai anak sulungnya pun belum mau untuk menggantikan ayahnya sebagai raja. Banyak cotropun mengungkapkan berbagai alasan. Alasan yang paling utama karena dia belum mempunyai permasuri atau istri untuk mendampinginya sebagai seorang raja. Ia ingin mencari calon istri yang parasnya cantik mirip dengan ibunya.
Dia juga menyatakan niatnya untuk pergi dari kerajaan guna mencari istri yang ia idam idamkan. Akhirnya ia pun pergi juga dari kerajaan pajajaran untuk mencari pendamping hidupnya. Ia pergi melewati gunung Tangkuban Perahu, Tujuan awalnya ialah untuk menemui Ki Ajar Winarong, seorang Pendeta sakti yang tahu dimana ia harus pergi mendapatkan gadis yang ia idam idamkan.
Setelah bertemu dengan pendeta sakti tersebut ia kemudian di beri tahu kemana harus melangkah. Namun ada beberapa syarat yang wajib dipenuhi oleh Banyak Cotro, ia harus menaggalkan semua pakaian kebesaran dari kerajaan dengan memakai hanya pakaian rakyat biasa kemudian ia harus mengganti namanya dengan nama “Raden Kamandaka” sebagai penyamaran.
Pendeta tersebut menyebutkan Raden Kamandaka harus pegi ke wilayah kadipaten Pasir Luhur
Secara kebetulan Raden Kamandaka sampai Pasir Luhur, betemu dengan Patih Kadipaten Pasir Luhur yaitu Patih Reksonoto. Patih Reksonoto yang pada waktu itu tidak memiliki anak menawarkan kepada Raden Kamandaka untuk menjadi anak angkatnya. Raden Kamandaka menyambut tawarannya dengan senang hati. Begitu pula Patih Reksonoto sangat senang dengan keberadaan raden Kamandaka.
Adapun yang memerintahkan Kadipaten Pasir Luhur pada waktu itu adalah “Adi Pati Kanandoho”. Beliau mempunyai beberapa orang Putri dan sudah bersuami kecuali yang paling bungsu yaitu Dewi Ciptoroso yang belum bersuami. Dewi Ciptoroso inilah seorang putri yang mempunyai wajah mirip Ibu raden Kamandaka, dan Putri inilah yang sedang dicari oleh Raden Kamandaka.
Di Kadipaten Pasir Luhur setiap tahun diadakan upacara menangkap ikan di kali Logawa. Semua masyarakat dan para pembesar pejabat pemerintah turut menangkap ikan di kali tersebut.
Pada waktu ini pula Raden Kamandaka ikut secara diam diam dibelakan Patih Reksonoto ayah angkatnya yang akan pergi menangkap ikan. Disana Raden Kamandaka bertemu dengan gadis yang ia impikan yaitu Dewi Ciptoroso. Dan mereka pun saling berkenalan.
Dewi Ciptoroso meminta Raden Kamandakan untuk datang menemuinya pada malam harinya di taman Kaputren Kadipaten Pasir Luhur yaitu tempat dimana Dewi Ciptoroso tinggal. Raden Kamandaka pun datang dan menemui Dewi Ciptoroso pada malam harinya. Namun keberadaan Raden Kamandaka bersama Dewi Ciptoroso tidak berlangsung lama. Karena tiba-tiba prajurit pengawal Kaputren mengetahui bahwa di dalam taman ada pencuri yang masuk. Hal ini kemudian dilaporkan oleh Adipatih Kandandoho.
Dewi Ciptoroso meminta Raden Kamandakan untuk datang menemuinya pada malam harinya di taman Kaputren Kadipaten Pasir Luhur yaitu tempat dimana Dewi Ciptoroso tinggal. Raden Kamandaka pun datang dan menemui Dewi Ciptoroso pada malam harinya. Namun keberadaan Raden Kamandaka bersama Dewi Ciptoroso tidak berlangsung lama. Karena tiba-tiba prajurit pengawal Kaputren mengetahui bahwa di dalam taman ada pencuri yang masuk. Hal ini kemudian dilaporkan oleh Adipatih Kandandoho.
Adipatih sangat marah dan memerintahkan prajuritnya untuk menangkap yang dianggap pencuri tersebut yang tak lain adalah raden kamandaka. tetapi berkat kelihaian dan ilmu yang dimilikinya raden kamandaka bisa lolos dari pengejaran.
Prajurit melaporkan kepada Adipatih Kandandoho bahwa pencuri yang mereka kejar tersebut ialah raden kamandaka putra dari Patih Reksonoto . Mendengar hal ini maka Patih Reksonoto pun dipanggil untuk menyerahkan putra nya. Perintah ini dilaksanakan oleh Patih Reksonoto, walaupun dalam hatinya sangatlah berat. Sehingga dengan siasat dari Patih Reksonoto, maka Raden Kamandaka dapat lari dan selamat dari pengejaran para prajurit.
dalam pelariannya raden kamandaka terjun ke sungai yang mengalir deras dan mengikuti arus sungai tersebut. kepada Adipatih Kandandoho prajurit dan patih reksonoto melaporkan bahwa kamandaka sudah meninggal terjebur sungai yang mengalir deras. Adipatih Kandandoho senang mendengarnya tetapi tidak dengan Dewi Ciptoroso. Dewi Ciptoroso merasa sedih dan kehilangan.
Sepanjang menyelam Raden Kamandaka mengikuti arus sungai bertemulah ia dengan seorang yang memancing di sungai yaitu Rekajaya, Raden Kamandaka dan Rekajaya menjadi berteman baik dan menetap di desa Panagih. Di desa ini Raden Kamandaka diangkat anak oleh Mbok Kektosuro, seorang janda miskin di desa tersebut yang mempunyai ayam bernama “Mercu”. ayam ini selalu menang dalam pertandingan ayam yang kemudian hari menjadikan raden kamandaka terkenal sebagai botoh ayam. Ya karena Raden kamandaka akhirnya menjadi seorang sabung ayam yang mempertandingkan ayam ayam untuk dipilih pemenangnya.
Hal ini tersiar sampai kerajaan Pasir Luhur, mendengar hal ini Adipatih Kandadoho menjadi marah karena tahu raden kamandaka masih hidup. Beliau memerintahkan prajuritnya untuk menangkap hidup atau mati Raden Kamandaka. sebelum memerintahkan prajuritnya tiba-tiba datanglah seorang pemuda tampan mengaku dirinya bernama “Silihwarni” sebenarnya Silihwarni adalah nama samaran. Nama itu sebenarnya adalah Banyak Ngampar Putra dari kerajaan Pajajaran, yaitu adik kandung dari Raden Kamandaka. Ia oleh ayahnya Prabu Siliwangi ditugaskan untuk mencari saudara kandungnya yang pergi sudah lama belum kembali. Untuk mengatasi gangguan dalam perjalanan, ia dibekali pusaka keris Kujang Pamungkas sebagai senjatanya. Dan dia juga menyamar dengan nama Silihwarni, dan berpakaian seperti rakyat biasa.
Karena ia mendengar berita bahwa kakak kandungnya berada di Kadipaten Pasir Luhur, maka ia pun pergi kesana. Setelah Silihwarni menerima perintah dari Adipatih, pergilah ia dengan diikuti beberapa prajurit dan anjing pelacak menuju desa Karang Luas, tempat penyabungan ayam.
Di tempat inilah mereka bertemu. Namun keduanya sudah tidak mengenal lagi. Silihwari berpakaian seperti raknyat biasa sedangkan Raden Kamandaka berpakaian sebagai botoh ayam, dan wajahnya pucat karena menahan kernduan kepada kekasihnya.
Terjadilah persabungan ayan Raden Kamandaka dan Silihwarni, dengan tanpa disadari oleh raden kamandaka tiba-tiba Silihwarni menikam pinggang Raden Kamandaka dengan keris Kujang Pamungkasnya. Karena luka goresan keris itu tersebut darahpun keluar dengan deras. Namun karena ketangkasan Raden Kamandaka, ia pun dapat lolos dari bahaya tersebut dan tempat ia dapat lolos itu dinamakan desa Brobosan, yang berarti ia dapat lolos dari bahaya.
Karena lukanya semakin deras mengeluarkan darah, maka ia pun istirahat sebentar disuatu tempat, maka tempat itu dinamakan Bancran. Larinya Raden Kamandaka terus dikejar oleh Silihwarni dan prajurit. Pada suatu tempat Raden Kamandaka dapat menangkap anjing pelacaknya dan kemudian tempat itu diberinya nama desa Karang Anjing.
Raden Kamandaka terus lari kearah timur dan sampailah pada jalan buntu dan tempat ini ia memberi nama Desa Buntu. Pada akhirnya Raden Kamandaka sampailah di sebuah Goa. Didalam Goa ini ia beristirahat dan bersembunyi dari kejaraan Silihwarni. Silihwarni yang terus mengejar setelah sampai goa ia kehilangan jejak. Kemudian Silihwarnipun dari mulut goa tersebut berseru menantang Raden Kamandaka.
Setelah mendengar tantagan Silihwarni, Raden Kamandaka pun menjawab ia mengatakan identitasnya, bahwa ia adalah putra dari kerajaan Pajajaran namanya Banyak Cotro.
Setelah itu Silihwarnipun mengatakan identitasnya bahwa ia juga putra dari Kerajaan Pajajaran, bernama Banyak Ngampar. Demikian kata-kata yang pengakuan antara Raden Kamandaka dan Silihwarni bahwa mereka adalah putra pajajaran, maka orang yang mendengar merupakan nama versi ke-2, untuk Goa Jatijajar tersebut. Kemudian mereka berdua berpeluka dan saling memaafkan.
Namun karena Silihwarni harus membawa bukti hati dan darah Raden Kamandaka, maka akhirnya anjing pelacaknya yang dipotong diambil darah dan hatinya. Dikatakan bahwa itu adalah hati dan darah Raden Kamandaka yang telah dibunuhnya.
Raden Kamandaka kemudian bertapa di dalam goa dan mendapat petunjuk, bahwa niatnya untuk mempersunting Dewi Ciptoroso akan tercapai kalau ia sudah mendapat pakaian “Lutung” dan ia disuruh supaya mendekat ke Kadipaten Pasir Luhur, yaitu supaya menetap di hutan Batur Agung, sebelah Barat Daya dari batu Raden.
Suatu kegemaran dari Adipatih Pasir Luhur adalah berburu. Pada suatu hari Adipatih dan semua keluarganya berburu, tiba-tiba bertemulah dengan seekor lutung yang sangat besar dan jinak. Yang akhirnya di tangkaplah lutung tersebut hidup-hidup.
Sewaktu akan dibawa pulang, tiba-tiba Rekajaya datang mengaku bahwa itu adalah lutung peliharaannya, dan mengatakan beredia membantu merawatnya jika lutung itu akan dipelihara di Kadipaten. Dan permohonan itu pun dikabulkan.
Setelah sampai di kadipaten para putri berebut ingin memelihara lutung tersebut. Selama di Kadipaten lutung tersebut tidak mau dikasih makan. Oleh sebab itu akhirnya oleh Adipatih lutung tersebut disayembarakan yaitu jika ada salah seorang dari putrinya dapat memberi makan dan diterima oleh lutung tersebut maka ia lah yang akan memelihara lutung tersebut.
Ternyata makanan yang diterima oleh lutung tersebut hanyalah makanan dari Dewi Ciporoso, maka “Lutung Kasarung” itu menjadi peliharaan Dewi Ciptoroso. Pada malam hari lutung tersebut berubah wujud menjadi Raden Kamandaka. Sehingga hanya Dewi Ciptoroso yang tahu tentang hal tersebut. Pada siang hari ia berubah menjadi lutung lagi. Maka keadaan Dewi kini menjadi sangat gembira dan bahagia, yang selalu ditemani lutung kasarung.
Alkisah pada suatu hari raden dari Nusa Kambangan Prabu Pule Bahas menyuruh Patihnya untuk meminang Putri Bungsu Kadipaten Pasir Luhur Dewi Ciptoroso dan mengancam apabila pinangannya ditolak ia akan menghancurkan Kadipaten Pasir Luhur.
Atas saran dan permintaan dari Lutung Kasarung pinangan Raja Pule Bahas agar supaya diterima saja. Namun ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh raja Pule Bahas. Salah satunya ialah dalam pertemuan pengantin nanti Lutung Kasarung harus turut mendampingi Dewi Ciporoso.
Pada waktu pertemuan pengantin berlangsung, Raja Pule Bahas selalu diganggu oleh Lutung Kasarung yang selalu mendampingi Dewi Ciptoroso. Oleh sebab itu Raja Pule Bahas marah dan memukul Lutung Kasarung. Namun Lutung Kasarung telah siap berkelahi melawan Raja Pule Bahas.
Pertarungan Raja Pule Bahas dengan Lutung Kasarung terjadi sangat seru. Namun karena kesaktian dari Luung Kasarung, akhirnya Raja Pule Bahas gugur dicekik dan digigit oleh Lutung Kasarung.
Tatkala Raja Pule Bahas gugur maka Lutung Kasarung pun langsung menjelma menjadi Raden Kamandaka, dan langsung mengenkan pakaian kebesaran Kerajaan Pajajaran dan mengaku namanya Banyak Cotro. Kini Adipatih Pasir Luhur pun mengetahui hal yang sebenarnya adalah Raden Kamandaka dan Raden Kamandaka adalah Banyak Cotro dan Banyak Cotro adalah Lutung Kasarung putra mahkota dari kerajaan Pajajaran. Dan akhirnya ia dikawinkan dengan Dewi Ciptoroso.
Namun karena Raden Kamandaka sudah cacat pada waktu adu ayam dengan Silihwarni kena keris Kujang Pamungkas maka Raden Kamandaka tidak dapat menggantikan menjadi raja di Pajajaran.
Karena tradisi kerajaan Pajajaran, bahwa putra mahkota yang akan menggantikan menjadi raja tidak boleh cacat karena pusaka Kujang Pamungkas. Sehingga setelah ia dinikahkan dengan Dewi Ciptoroso, Raden Kamandaka hanya dapat menjadi Adipatih di Pasir Luhur Menggantikan mertuanya. Sedangkan yang menjadi Raja di Pajajaran adalah Banyak Blabur.
Di tempat inilah mereka bertemu. Namun keduanya sudah tidak mengenal lagi. Silihwari berpakaian seperti raknyat biasa sedangkan Raden Kamandaka berpakaian sebagai botoh ayam, dan wajahnya pucat karena menahan kernduan kepada kekasihnya.
Terjadilah persabungan ayan Raden Kamandaka dan Silihwarni, dengan tanpa disadari oleh raden kamandaka tiba-tiba Silihwarni menikam pinggang Raden Kamandaka dengan keris Kujang Pamungkasnya. Karena luka goresan keris itu tersebut darahpun keluar dengan deras. Namun karena ketangkasan Raden Kamandaka, ia pun dapat lolos dari bahaya tersebut dan tempat ia dapat lolos itu dinamakan desa Brobosan, yang berarti ia dapat lolos dari bahaya.
Karena lukanya semakin deras mengeluarkan darah, maka ia pun istirahat sebentar disuatu tempat, maka tempat itu dinamakan Bancran. Larinya Raden Kamandaka terus dikejar oleh Silihwarni dan prajurit. Pada suatu tempat Raden Kamandaka dapat menangkap anjing pelacaknya dan kemudian tempat itu diberinya nama desa Karang Anjing.
Raden Kamandaka terus lari kearah timur dan sampailah pada jalan buntu dan tempat ini ia memberi nama Desa Buntu. Pada akhirnya Raden Kamandaka sampailah di sebuah Goa. Didalam Goa ini ia beristirahat dan bersembunyi dari kejaraan Silihwarni. Silihwarni yang terus mengejar setelah sampai goa ia kehilangan jejak. Kemudian Silihwarnipun dari mulut goa tersebut berseru menantang Raden Kamandaka.
Setelah mendengar tantagan Silihwarni, Raden Kamandaka pun menjawab ia mengatakan identitasnya, bahwa ia adalah putra dari kerajaan Pajajaran namanya Banyak Cotro.
Setelah itu Silihwarnipun mengatakan identitasnya bahwa ia juga putra dari Kerajaan Pajajaran, bernama Banyak Ngampar. Demikian kata-kata yang pengakuan antara Raden Kamandaka dan Silihwarni bahwa mereka adalah putra pajajaran, maka orang yang mendengar merupakan nama versi ke-2, untuk Goa Jatijajar tersebut. Kemudian mereka berdua berpeluka dan saling memaafkan.
Namun karena Silihwarni harus membawa bukti hati dan darah Raden Kamandaka, maka akhirnya anjing pelacaknya yang dipotong diambil darah dan hatinya. Dikatakan bahwa itu adalah hati dan darah Raden Kamandaka yang telah dibunuhnya.
Raden Kamandaka kemudian bertapa di dalam goa dan mendapat petunjuk, bahwa niatnya untuk mempersunting Dewi Ciptoroso akan tercapai kalau ia sudah mendapat pakaian “Lutung” dan ia disuruh supaya mendekat ke Kadipaten Pasir Luhur, yaitu supaya menetap di hutan Batur Agung, sebelah Barat Daya dari batu Raden.
Suatu kegemaran dari Adipatih Pasir Luhur adalah berburu. Pada suatu hari Adipatih dan semua keluarganya berburu, tiba-tiba bertemulah dengan seekor lutung yang sangat besar dan jinak. Yang akhirnya di tangkaplah lutung tersebut hidup-hidup.
Sewaktu akan dibawa pulang, tiba-tiba Rekajaya datang mengaku bahwa itu adalah lutung peliharaannya, dan mengatakan beredia membantu merawatnya jika lutung itu akan dipelihara di Kadipaten. Dan permohonan itu pun dikabulkan.
Setelah sampai di kadipaten para putri berebut ingin memelihara lutung tersebut. Selama di Kadipaten lutung tersebut tidak mau dikasih makan. Oleh sebab itu akhirnya oleh Adipatih lutung tersebut disayembarakan yaitu jika ada salah seorang dari putrinya dapat memberi makan dan diterima oleh lutung tersebut maka ia lah yang akan memelihara lutung tersebut.
Ternyata makanan yang diterima oleh lutung tersebut hanyalah makanan dari Dewi Ciporoso, maka “Lutung Kasarung” itu menjadi peliharaan Dewi Ciptoroso. Pada malam hari lutung tersebut berubah wujud menjadi Raden Kamandaka. Sehingga hanya Dewi Ciptoroso yang tahu tentang hal tersebut. Pada siang hari ia berubah menjadi lutung lagi. Maka keadaan Dewi kini menjadi sangat gembira dan bahagia, yang selalu ditemani lutung kasarung.
Alkisah pada suatu hari raden dari Nusa Kambangan Prabu Pule Bahas menyuruh Patihnya untuk meminang Putri Bungsu Kadipaten Pasir Luhur Dewi Ciptoroso dan mengancam apabila pinangannya ditolak ia akan menghancurkan Kadipaten Pasir Luhur.
Atas saran dan permintaan dari Lutung Kasarung pinangan Raja Pule Bahas agar supaya diterima saja. Namun ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh raja Pule Bahas. Salah satunya ialah dalam pertemuan pengantin nanti Lutung Kasarung harus turut mendampingi Dewi Ciporoso.
Pada waktu pertemuan pengantin berlangsung, Raja Pule Bahas selalu diganggu oleh Lutung Kasarung yang selalu mendampingi Dewi Ciptoroso. Oleh sebab itu Raja Pule Bahas marah dan memukul Lutung Kasarung. Namun Lutung Kasarung telah siap berkelahi melawan Raja Pule Bahas.
Pertarungan Raja Pule Bahas dengan Lutung Kasarung terjadi sangat seru. Namun karena kesaktian dari Luung Kasarung, akhirnya Raja Pule Bahas gugur dicekik dan digigit oleh Lutung Kasarung.
Tatkala Raja Pule Bahas gugur maka Lutung Kasarung pun langsung menjelma menjadi Raden Kamandaka, dan langsung mengenkan pakaian kebesaran Kerajaan Pajajaran dan mengaku namanya Banyak Cotro. Kini Adipatih Pasir Luhur pun mengetahui hal yang sebenarnya adalah Raden Kamandaka dan Raden Kamandaka adalah Banyak Cotro dan Banyak Cotro adalah Lutung Kasarung putra mahkota dari kerajaan Pajajaran. Dan akhirnya ia dikawinkan dengan Dewi Ciptoroso.
Namun karena Raden Kamandaka sudah cacat pada waktu adu ayam dengan Silihwarni kena keris Kujang Pamungkas maka Raden Kamandaka tidak dapat menggantikan menjadi raja di Pajajaran.
Karena tradisi kerajaan Pajajaran, bahwa putra mahkota yang akan menggantikan menjadi raja tidak boleh cacat karena pusaka Kujang Pamungkas. Sehingga setelah ia dinikahkan dengan Dewi Ciptoroso, Raden Kamandaka hanya dapat menjadi Adipatih di Pasir Luhur Menggantikan mertuanya. Sedangkan yang menjadi Raja di Pajajaran adalah Banyak Blabur.