Seorang petani miskin tinggal sendirian di rumah kecilnya. Saat musim hujan datang, ia kelaparan dan berniat keluar rumah untuk mencari makan. Saat membuka pintu, ia melihat sebutir telur burung berada di depan rumahnya. Ia mengambil telur itu dan membungkusnya dengan selimut, lalu diletakkan disamping perapian.




Lama-kelamaan, telur itu pecah dan dari dalamnya keluar seekor anak burung camar. Si Petani merawat burung camar itu dengan penuh perhatian dan kasih sayang. Ketika burung camar itu besar, Petani sadar bahwa ia tidak bisa selamanya bersama burung camar itu. Ia pun melepaskannya.

Pada hari yang lain, petani miskin ini sakit dan tidak bisa mencari makan. Ia kelaparan dan tidak ada yang merawatnya. Tiba-tiba terdengar suara pintu rumahnya diketuk seseorang. Sang Petani membuka pintu rumahnya. Dia terkejut, ternyata yang mengetuknya adalah burung camar dengan membawa beberapa biji apel.

“Kenapa kau datang kembali, Burung Camar? Kukira kau sudah melupakanku,” kata si Petani.
Burung camar segera menanam biji apel di belakang rumah Petani. Ajaib, dalam satu malam, pohon apel itu telah tumbuh besar dan berbuah lebat. Setelah memakan buah apel, secara ajaib sakitnya hilang. Sejak itu, si Petani tidak pernah lagi kelaparan. Buah apel itu tidak pernah berhenti berbuah. Ia membagi-bagikannya kepada tetangga dan kerabat.

Nasihat :Kebaikan akan dibalas dengan kebaikan. Tetaplah rendah hati dan dermawan saat diberi rezeki.